| KLIT HOME | Berita / gosip terbaru KLIT | Photo Founder KLIT | Photo sOP KLIT | Photo aOP KLIT | Photo Lesbian other |
| Cerita-cerita HOT | Photo-photo HOT | Movie-movie HOT | Daftar hitam wanita | Artikel umum | IRC Help |
|
IRC tools | Download | Bintang zodiak | Ramalan cuaca | Serba-serbi | FORUM | Log Out |


reference: Amazon to Zami, Towards a Global Lesbian Feminism, Ed. Monika Reinfelder, Cassel, 1996 The Straight Mind and Other Essays, Monique Wittig, Beacon Press, Boston 1992

Eksklusif yang 'tidak eksklusif'

Kehidupan berkelompok, ataupun paling tidak tetap mendukung kelompok (meski dari jauh) memang secara umum dilakukan oleh anggota komunitas yang sudah menikah, meski ada juga beberapa pasangan yang setelah menikah tidak lagi secara aktif berkelompok, tetapi tetap saja berkontak, dan ada juga yang samasekali 'mengasingkan diri' setelah berumah tangga.

Pilihan untuk berkelompok ataupun tidak tentu dengan berbagai pertimbangan dan konsekuensinya masing-masing. Ada yang menganggap tidak lagi perlu berkelompok karena takut dalam kelompok itu akan cenderung melakukan kegiatan yang tidak terlalu 'penting' (misal: pesta, main judi, ataupun minum-minuman keras), atau ketakutan ada 'godaan lain' yang bisa menyebabkan mereka berpisah (perselingkuhan), namun ada juga yang tetap berkelompok dengan asumsi sebagai bagian dari kelompok tersebut yang memang masih perlu saling mensupport.

Tak bisa dipungkiri, dalam beberapa kelompok memang ada kebiasaan yang sifatnya memang 'hura-hura', untuk menghilangkan kejenuhan sesaat, meski ada juga kelompok-kelompok yang sifatnya lebih mementingkan visi intelektual, dan penguatan batin dengan saling sekedar bertukar pikiran, sharing, diskusi informal, dsb. Namun untuk anggota komunitas di kota besar, seperti yang telah diungkap di atas, ada kecenderungan mereka melakukan pengelompokan secara lebih eksklusif, dimana antara satu kelompok dengan kelompok lainnya memiliki aturan tak tertulis yang berbeda bentuknya. Pengistilahan eksklusif sendiri mungkin tidak terlalu tepat, namun untuk menggantikannya dengan kata 'tertutup' pun dirasakan tidak pas benar.

Secara sederhana dapat digambarkan, bahwa di Jakarta dan Bandung ada beberapa kelompok lesbian yang sering melakukan pertemuan rutin, ataupun kadang-kadang berkegiatan bersama. Masing-masing kelompok ini telah memiliki anggota dalam jumlah tertentu, yang terkadang disebut juga dengan anggota geng si X, atau si Y (nama tokoh atau yang dituakan dalam kelompok tersebut). Antara satu kelompok dengan kelompok lainnya biasanya tidak saling mengenal, tetapi mereka bisanya saling tahu, dan sifat keanggotaannya juga sangat tertutup serta dengan jumlah anggota yang tidak terlalu besar, sekitar 5-10 orang perkelompok. Demikian tertutup dan 'eksklusifnya' keanggotaan kelompok tersebut, sehingga orang yang masih 'baru' atau benar-benar asing dengan kelompok itu tidak akan pernah bisa masuk dalam kelompok tersebut.

Orang luar mungkin dapat melihat mereka secara terbuka dan bersifat umum saat anggota kelompok berkumpul di café, kelab malam, maupun di suatu rumah makan, karena memang di Indonesia belum ada satupun pun café maupun kelab malam yang mengkhususkan untuk komunitas lesbian. Tetapi bagi orang luar tersebut tidak akan pernah bisa dengan mudahnya bergabung dengan kelompok-kelompok yang ada dan 'terlihat' itu.

Sifat eksklusifme ini lebih disebabkan karena upaya yang ekstra hati-hati dari para anggota kelompok untuk melindungi kehidupan pribadi mereka, karena seperti yang telah digambarkan, bahwa lesbian di Indonesia lebih banyak yang masih menutup diri (in the closet), sesuatu yang dirasakan lebih aman buat mereka. Bila diperhatikan lebih jauh lagi, sebenarnya secara umum para anggota kelompok komunitas ini tidak bermaksud demikian tertutup dan eksklusif dalam bergaul, hanya dalam masa-masa mereka berkelompok dengan geng-nya, terkadang di luar kesadaran mereka seolah ada mekanisme pertahanan diri yang demikian cukup kuat sehingga mereka cenderung sangat menutup diri satu sama lain. Sehingga bagi orang luar yang hendak bergabung, maupun anggota kelompok lain yang hendak berkenalan, maka harus ada salah seorang dari dalam anggota kelompok itu yang menjadi contact person - penghubung, bagi orang luar tersebut. Tentu saja sudah didahului dengan jaminan kepercayaan dari pihak penghubung tersebut. Mekanisme pengaman ini tentu dibutuhkan karena kelompok tidak menghendaki mereka di salahgunakan ataupun dipermainkan oleh orang yang sekedar iseng maupun mencari gosip.

Tulisan diambil dari salah satu sumber di internet [swara srikandi]

Kembali ke artikel utama


 

Anda ingin mempunyai email dari situs Klit
user@klit.i-p.com segera klik ini

   

Contact email to founder : wienda_mansion@yahoo.com
Contact email to webmaster : klit_dalnet@yahoo.com

 

| BuKu TaMu | FoRuM | Log Out |


Copyright (c) Klit Generation 2003, Yogyakarta, Indonesian