| KLIT HOME | Berita / gosip terbaru KLIT | Photo Founder KLIT | Photo sOP KLIT | Photo aOP KLIT | Photo Lesbian other |
| Cerita-cerita HOT | Photo-photo HOT | Movie-movie HOT | Daftar hitam wanita | Artikel umum | IRC Help |
|
IRC tools | Download | Bintang zodiak | Ramalan cuaca | Serba-serbi | FORUM | Log Out |


Mencintai Sesama Jenis : Sebuah Penyimpangan Seksual?
penulis : R1per - r1per@yahoo.com

"Selamat pagi, jumpa lagi bersama saya, IS, di acara OK. Topik yang akan kita bahas hari ini adalah 'Penyimpangan Seksual' dengan bintang tamu kita hari ini seorang model AD serta pakar Psikolog Dr. MR."
Demikian kata pembuka sebuah acara konsultasi yang ditayangkan pada tiap hari Minggu pagi oleh salah satu saluran Televisi swasta yang secara tidak sengaja saya nyalakan. Saat itu saya sedang mengganti-ganti saluran, berusaha mencari acara tontonan yang menarik, ketika acara tersebut sedang mengudara.

"Bentuk bentuk dari penyimpangan seksual yang akan kita bahas hari ini antara lain adalah sado-machocism, pedophilia, dan cinta antara sesama jenis."

Kontan perhatian saya langsung tertumpu 100% terhadap televisi. Saya yang tadinya sedang asik gonta ganti saluran, dengan cepat, langsung saja saya besarkan volume tv sehingga saya dapat mendengar dengan jelas.

"Sebelum dibahas lebih lanjut, terlebih dahulu saya ingin menanyakan kepada pakar psikolog kita pertanyaan yang paling dasar dan paling sering ditanyakan oleh semuanya dari kita, yaitu: Dokter, sebenarnya, apakah cinta antara sesama jenis itu termasuk penyimpangan seksual atau tidak?"

"Sebenarnya kalau mengenai hal itu, tergantung kepada budaya masing masing negara. Kalau di Barat, hal itu tidak termasuk penyimpangan seksual. Karena datang dari latar belakang pendidikan dan kebudayaan yang berbeda, untuk negara Timur, mencintai sesama jenis termasuk penyimpangan seksual."

Sampai disini, saya langsung mematikan pesawat televisi saya, beranjak menuju komputer, menyalakan pesawat komputer, membuka program Microsoft Word, dan mulai mengutarakan seluruh pikiran serta pendapat yang bermunculan di pikiran saya, serta menumpahkannya ke dalam sebuat tulisan yang saat ini sedang anda baca.

Salah satu pendapat yang sangat menganggu pikiran saya adalah bahwa dimasukkannya cinta antara sesama jenis ke dalam kategori penyimpangan seksual seperti sado-machocism (SM) dan pedophilia.

Menurut saya, hal ini sangatlah tidak sepatutnya. Dalam pendapat saya, mencintai sesama jenis sangatlah berbeda dengan sado-machocism (SM) ataupun pedophilia.

Saya pribadi berpendapat bahwa cinta antara sesama jenis merupakan sebuah ekspresi cinta dalam cara yang berbeda, sedangkan SM atau pedophilia merupakan sebuah perilaku yang kuat hubungannya dengan wujud/ bentuk fisik. Jadi, dari artinya sendiri, kata cinta itu berbeda dengan kata perilaku.

Cinta merupakan perasaan kasih sayang seseorang terhadap sesuatu. Sesuatu itu bisa merupakan berbagai bentuk, entah itu benda mati, ataupun benda hidup seperti: tumbuh-tumbuhan, hewan, ataupun sesama manusia.

Sedangkan perilaku merupakan perbuatan konkret (gerakan/ tindakan) yang dilakukan seseorang untuk mewujudkan perasaan yang ada di dalam hatinya, baik itu positif ataupun negatif.

Otomatis, dengan adanya perbedaan arti yang nyata terhadap kedua kata tersebut, merupakan hal yang tidak seharusnya bila kedua hal itu dimasukkan ke dalam kategori yang sama.

Yang merisaukan saya adalah pandangan atau persepsi masyarakat yang rancu terhadap arti dari "mencintai sesama jenis."
Mencintai sesama jenis mungkin merupakan perasaan yang tidak seperti pada umumnya, akan tetapi, mencintai sesama jenis tidaklah sama dengan SM, pedophilia, necrophilia, atau apapun yang lainnya, yang melibatkan perilaku seksual secara fisik yang menyimpang.

Mengapa saya mengatakan demikian?

Di dalam hubungan percintaan antara dua makhluk yang sejenis, apabila semua hal yang dilakukan sebagai wujud dari perasaan sayang atau cinta itu sama persis dengan pasangan yang berbeda jenis, apakah layak dan adil bila mencintai sesama jenis dimasukkan ke dalam kategori penyimpangan perilaku seksual?

Saya mempunyai seorang kawan, seorang lesbian, yang mana selama menjalin hubungan dengan partnernya, mereka berdua tidak pernah melakukan hubungan seksual. Apakah itu berarti kawan saya melakukan penyimpangan perilaku seksual?

Bila jawabnya "ya," maka saya merasa kita sebagai masyarakat perlu untuk mempertanyakan sekali lagi arti dan keberadaan dari sebuah kata. Apakah sebegitu minimnya pengetahuan kita tentang percintaan sesama jenis sehingga kita tidak lagi bisa membedakan dengan jelas antara perilaku fisik yang nyata dengan perasaan cinta yang berbeda?

Artikel ini ditulis bukan untuk menimbulkan pro dan kontra di antara kalangan masyarakat, baik itu gay/lesbians/bisexual/transgender (G/L/B/T) maupun straight. Saya pribadi tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa pendapat saya adalah 100% kebenarannya.

Namun, saya hanya berharap bahwa melalui artikel ini, kita dari kalangan minoritas menyadari bahwa pandangan dan pengetahuan masyarakat terhadap percintaan sesama jenis masih sangat minim dan rancu. Bahkan di kalangan kaum mudanya pun, secara mengejutkan, masih banyak yang mempunyai pikiran yang sempit yang menuntun mereka untuk mempunyai persepsi yang negatif terhadap G/L/B/T.

Tentulah hal ini tidaklah lepas dari kesalahan yang mungkin dilakukan oleh kaum minoritasnya sendiri. Kesalahan di sini dalam arti, bukan tidak mungkin banyak dari kaum G/L/B/T yang melakukan tindakan tindakan yang tidak pantas di depan umum yang menimbulkan perasaan risih ataupun marah bagi orang banyak.

Maka adalah hal yang amat positif apabila seluruh dari kita, kaum minoritas, mempunyai keinginan untuk mencoba belajar interospeksi diri, mencoba mengerti bahwa bagaimanapun, lingkungan masyarakat di mana kita menjalani kehidupan kita sehari hari masih dipenuhi oleh pikiran pikiran muda yang masih belum luas. Dan salah satu cara kita dalam menghadapinya yaitu dengan mencoba melebur dengan mereka sebaik mungkin.

Pengetahuan masyarakat akan G/L/B/T masihlah sangat terbatas. Oleh karena itu sangatlah sulit apabila kita mengharapkan masyarakat dapat mengerti dan menerima kita bila kita sendiri gagal membawakan pesan atau pandangan yang positif bagi mereka. Maka dari itu, oleh karena lebih luasnya pengetahuan yang kita dapat mengenai G/L/B/T, saya sangat mengharapkan bahwa kitalah, dalam artian kaum G/L/B/T, yang harus memulai terlebih dahulu mencerminkan perilaku yang positif sehingga dengan pelan dan bertahap pandangan negatif masyarakat terhadap G/L/B/T dapat diubah.

Dengan kata lain, metode yang kita gunakan bukanlah outside-in, tetapi lebih mengacu kepada inside-out. Dan saya pribadi berpendapat bahwa yang terakhir inilah yang lebih efektif bagi kita dalam usaha memberikan pandangan yang positif serta dalam memperbaiki citra diri G/L/B/T.

Sangat sulit memang, akan tetapi memang pada kenyataannya, siapakah yang mengatakan bahwa menjadi seorang G/L/B/T itu adalah hal yang mudah?

Namun bila pada akhirnya kita berhasil mengatasi kesulitan kesulitan yang timbul, maka kita akan dapat dengan bangga membuktikan kepada masyarakat luas bahwa seorang G/L/B/T adalah manusia yang cerdik, tangguh, dan cerdas, karena dengan tantangan yang berkali-kali jauh lebih sulit, kita sebagai kaum G/L/B/T dapat menghadapi dan mengalahkannya. Bukankah itu akan membuktikan bahwa seorang G/L/B/T merupakan seorang yang lebih dari sekedar rata-rata?

Pada akhirnya, saya sadar bahwa setiap orang dari kita tentulah mempunyai pola pikir dan cara pandang yang berbeda-beda. Karena itu untuk mengatakan bahwa masyarakat luas harus menerima ataupun setuju dengan pendapat saya, tentulah sangat picik bagi saya.

Begitu juga halnya, saya tidak dapat mengatakan bahwa pendapat saya mewakili seluruh kaum G/L/B/T. Bukan tidak mungkin banyak dari kaum G/L/B/T sendiri mempunyai pendapat yang jelas jelas berbeda ataupun bertentangan dengan saya.

Sekali lagi, artikel ini saya tulis bukan untuk menimbulkan pro dan kontra ataupun menyudutkan salah satu pihak. Setuju atau tidak setuju, hal itu bukan topik permasalahan atau perdebatan dari artikel ini. Artikel ini saya tulis hanya sekedar untuk tempat menumpahkan pendapat dan pandangan saya pribadi.

Bila pada prakteknya nanti artikel ini hendak dijadikan bahan pertimbangan yang positif, saya sangatlah berterima kasih. Namun apabila artikel ini menimbulkan perdebatan yang panas di antara seluruh pihak, sungguh sangat sayangkan karena itu berarti bahwa pesan yang diterima sangatlah menyimpang dari pesan yang sebenarnya.

Tulisan diambil dari salah satu sumber di internet [swara srikandi]

Kembali ke artikel utama


 

Anda ingin mempunyai email dari situs Klit
user@klit.i-p.com segera klik ini

   

Contact email to founder : wienda_mansion@yahoo.com
Contact email to webmaster : klit_dalnet@yahoo.com

 

| BuKu TaMu | FoRuM | Log Out |


Copyright (c) Klit Generation 2003, Yogyakarta, Indonesian