| KLIT HOME | Berita / gosip terbaru KLIT | Photo Founder KLIT | Photo sOP KLIT | Photo aOP KLIT | Photo Lesbian other |
| Cerita-cerita HOT | Photo-photo HOT | Movie-movie HOT | Daftar hitam wanita | Artikel umum | IRC Help |
|
IRC tools | Download | Bintang zodiak | Ramalan cuaca | Serba-serbi | FORUM | Log Out |


WANITA JELITA PENGHISAP DARAH 

    Dari ujung rel kereta api, muncul wanita cantik nan sensual. Di tengah malam yang sunyi sepi itu, ia datang dengan bibir merekah basah dan tubuh wangi semerbak. Dia datang untuk menjerat seratus laki-laki. Arkian, wanita itu ternyata bukan manusia biasa. Setiap pukul 24.00 Herman menutup tokonya. Malam Selasa Pon bulan Agustus l982 itu, toko Herman tutup agak cepat. Pukul 23.l5 WIB. Selain sangat mengantuk, usaha dagang rokok dan minuman dekat stasiun Tugu Yogya itu sudah sepi menjelang tengah malam. Tak ada kereta api yang masuk juga tak ada lagi pejalan kaki yang lalu lalang. Hanya beberapa tukang beca yang mangkal. Abang beca biasa tidur di becanya sampai pagi. Subuh hari bergerak lagi mengangkut penumpang yang turun dari kereta subuh.Tidak seperti biasanya, malam itu Herman sangat lelah. Rasa kantuk tak mampu dilawannya walau sudah dua kaleng bir ditenggak. Sebab Herman mengantuk dapat dipahami, siang hari tadi Herman sama sekali tidak tidur. Dia ikut pertandingan sepakbola di stadion Kridosono. Timnya berhadapan dengan tim tangguh dari Klaten. Sebagai kapten, Herman bermain habis-habisan dan membawa timnya pada kemenangan. Kemenangan itu harus dibayar mahal. Rasa capek dan lelah membuat Herman terpaksa menenggak bir dan obat-obatan. Bila tidak, pria umur 30 tahun yang masih lajang ini bisa sakit. Kalau sakit, omzet penjualan Rp l00.000,- per hari akan hilang. Sebab jika Herman menutup toko, tak ada pengganti yang bisa mengurus toko itu. Setelah menutup toko dengan rapih, Herman melihat sosok gadis mendekat dari rel kereta sebelah Barat. Herman terpaku melihat gadis jelita yang nampak jelas dibias sinar merkuri. Gadis itu memakai busana bekles dan celana pendek ketat. Tubuhnya sangat sintal dan seksi. Rambut terurai sebahu dengan kulit kuning langsat. 

    Lebih dari itu, dari tubuh wanita itu mencuat bau harum. Wangi seperti parfum Paris poison dan possesion. "Busyet, bodinya mirip gitar akustik!" desis Herman, nyaris tak terdengar. Gadis itu mendekati Herman. "Saya masih bisa beli rokok, Mas?" tanya Si Gadis, kalem. Herman gagap. Jantungnya berdetak kencang. Selain terkesima oleh kecantikan Sang Gadis, dia juga tertegun melihat keseksian gadis itu. Matanya terpanah pada dua buah dada yang sintal dan putih. Menyembul sombong dari balik bekles warna biru laut tanpa bra. Walau pintu toko sudah dikunci rapat, akibat pesona kecantikan wanita itu, Herman bersedia membuka lagi tokonya. "Bisa, bisa Mbak. Semua jenis rokok saya jual. Mbak mau rokok apa?" berondong Herman, sambil dag-dig-dug. Herman berbasa basi tapi polos, menyebut bahwa, sebenarnya toko itu sudah tutup. "Tapi demi Mbak yang ayu yang datang bersusah payah malam ini, maka saya bersedia membuka toko ini kembali," dalih Herman. Wanita itu hanya tersenyum. Senyumnya manis dan sensual sekali. Bibir yang merah jambu yang estetis itu merekah basah. Seperti mengundang untuk dikecup. Ah! Rasa kantuk dan lelah Herman, tiba-tiba lenyap mendadak. Kecantikan dan keindahan tubuh wanita itu membiusnya hingga dia jadi segar lagi. "Saya minta rokok Dunhill Hijau!" sergah gadis itu. Suaranya renyah tetapi merdu. Sambil membuka gembok toko, Herman bertanya banyak hal. Di antaranya tentang nama Sang Gadis. Dengan lantang gadis itu memberi tahu, namanya Sinta. Lebih dari itu, Herman yang bertubuh kurus tinggi dan tampan itu juga tanya dari mana dan mau ke mana pada Si Nona. Dengan lembut dan lirih, Sinta menjawab pertanyaan itu. Dikatakan, bahwa Sinta dari Bumijo dan akan pergi ke Malioboro. Bumijo itu adalah kampung sebelah utara stasiun Tugu sedang Malioboro adalah nama jalanan sebelah selatan toko Herman.

     Jalanan besar kota Yogyakarta yang tak pernah tidur di malam hari. Suatu daerah penting kota di mana tempat kehidupan malam yang tak pernah sepi. "Malam ini saya tidak dapat tidur. Perut saya sakit karena lapar. Di tempat kost saya tidak ada makanan. Maka itu saya menyeberang rel kereta api mau pergi ke Malioboro," sorongnya. "Anda begitu cantik dan seksi. Jalan sendirian di rel kereta api yang sepi begini, apa tidak takut bahaya? Beberapa minggu lalu ada tiga mayat mati secara misterius di rel kereta. Ada yang bilang bahwa mayat itu mati ditembak Pembunuh Misterius, ada pula yang bilang tiga mayat laki-laki itu digigit genderuwo. Sebelum itu, ada pula mayat perempuan di gerbong kereta. Sebelum dibunuh, perempuan itu diperkosa. Salah-salah, Anda nantinya diperkosa seperti itu. Tapi, saya berdoa mudah-mudahan Mbak tidak mengalami nasib tragis semacam. Hati-hati lho Mbak?" bujuk Herman, memberi perhatian. "Saya tidak pernah takut pada ancaman perkosaan kok. Soalnya saya sudah terbiasa diperkosa!"  balasnya, enteng. Herman tersentak mendengar kata-kata terakhir. Tapi setelah berfikir panjang, Herman jatuh pada kesimpulan, Sinta sedang bergurau. Pikirnya, wanita itu doyan bercanda. Maka itu Herman jadi tertawa. Sambil memberikan rokok dan menerima uang, Herman berkomentar. ÒMbak rupanya punya sens of humor yang tinggi. Kata-kata Mbak yang mengandung keberanian itu, seru juga. Lucu!" celetuk Herman. Mendengar omongan Herman, Sinta tidak mengendurkan tekanan kata-katanya. Lebih dari itu, Sinta malah menantang. "Kenapa, Mas tidak percaya kalau saya biasa diperkosa?" desaknya. Melihat muka Sinta serius, Herman malah makin tertawa. Walau tawanya itu dibuat-buat. Sebelum Herman ngomong lagi, Sinta menawarkan sesuatu. "Kenapa, Mas berminat mau memperkosa saya? Kalau minat, saya bersedia diperkosa di toko ini. Kunci toko ini dari dalam, lalu saya terlentang dan siap diperkosa. Mau?" Herman tersentak. Logika rasionalnya tiba-tiba menusuk rongga batin dan emosinya dengan kencang. Perempuan itu tidak lagi bergurau. Bahasa yang dikeluarkan bukanlah sinyal canda. Cus! Dada Herman bukan saja berdegup kencang, tapi keringat dingin mengucur keluar dari jidatnya. Sementara Sinta merangsek masuk ke dalam toko, lalu duduk di sofa yang ada di toko itu. Pikir Herman "Ayolah Mas, perkosalah saya. Kebetulan, saya lagi kepingin diperkosa malam ini!" tantang Sinta. Herman tiba-tiba terangsang.Pikirannya bukan cuma kalap tapi juga jadi kacau balau. 

    Sinta membuka blus bekles dan memperlihatkan bagian sensitif tubuhnya. Setelah itu dia buka pula celana pendeknya dan meninggalkan celana dalam berwarna pink yang bersih. Sekonyong-konyong pemandangan indah semakin indah. Tubuh molek itu semakin molek dan mengundang sejuta birahi. Dengan logika matematik, Herman lantas memperkirakan, bahwa Sinta itu pelacur malam. Memang, daerah pinggir stasiun, Pasar Kembang, adalah daerah pelacuran tersohor di Yogya. Jauh sebelum pihak Pemda DIY melokalisir daerah prostitusi itu di Pesanggrahan, Kota Gede. Perkiraan Herman, Sinta yang supercantik itu adalah primadona Pasar Kembang yang luput dari perhatiannya selama ini. Satu yang tercantik dari ratusan jumlah WTS yang ada di Pasar Kembang. "Persetan siapa dia. Kesempatan emas ini tak boleh dilewatkan!" batin Herman. Dengan langkah pasti Herman memburu sofa, di mana gadis itu telah terlentang di sana. Mata Herman menyala-nyala. Rangsangan bertubi-tubi merasuk di bagian paling sensitif tubuhnya. Dengan l00 persen libido seksualitas kejantanan, Herman memeluk Sinta. Sinta membalasnya dengan hangat. Herman makin galak. Dengan tangkas dan cepat dia melucuti celana dan kemejanya sendiri. Sebelum kenikmatan puncak tercapai, Sinta menggigit lehernya. Gigi Sinta mengeluarkan taring panjang dan tajam. Sinta ternyata bukan wanita biasa. Perempuan itu ternyata Iblis Wanita yang ganas. Tiga laki-laki yang tergeletak di rel seminggu sebelumnya, rupanya juga jadi korban Sinta. Modus operandi yang dilakukan sama. Sinta mengundang untuk diperkosa lalu menggigit leher korban dengan taringnya. Keesokan harinya, tengah Agustus l982 pada Selasa Pon, Herman mati mengenaskan di tokonya. Korban terbujur kaku dalam keadaan telanjang bulat. Sementara lehernya memerah bekas hisapan dua taring drakula. Keadaan mayat Herman sama persis dengan tiga mayat laki-laki terdahulu.

    Mayat-mayat yang tergeletak di rel kereta api dan ditemukan beberapa pengemis. Sinta diduga sebagai iblis yang menyerupai manusia cantik. Iblis itu diutus oleh raja iblis untuk mengacaukan dunia. Tapi untunglah, kematian demi kematian misterius itu tidak menimbulkan kehebohan. Banyak kematian laki-laki tak wajar ditutup oleh kasus-kasus lain, hingga tidak mencuat keras ke permukaan. Tapi, banyak orang yang tahu, kematian Herman akibat mahluk halus. Hantu wanita jelita yang haus darah. Maka itu, hingga sekarang, orang-orang sekitar stasiun tak berani macam-macam jika melihat wanita cantik kelayapan tengah malam. Apalagi wanita itu memakai bekles tanpa BH dan celana pendek yang ketat. Hingga kini, toko Herman yang biasa buka hingga pukul 24.00 itu terus tertutup. Omzet Rp l00.000 per-hari, lenyap sudah. Lenyap bersama matinya Sang Pedagang, Hermanto Suromenggolo yang kelam. 

Kembali ke berita dan gosip


 

Anda ingin mempunyai email dari situs Klit
user@klit.i-p.com segera klik ini

   

Contact email to founder : wienda_mansion@yahoo.com
Contact email to webmaster : klit_dalnet@yahoo.com

 

| BuKu TaMu | FoRuM | Log Out |


Copyright (c) Klit Generation 2003, Yogyakarta, Indonesian